Hari ini
dapet rekaman cerita baru yang kelak bakal saya ceritakan kembali pada Rayyan
ketika ia dewasa nanti.
Jadi seperti
yang sudah saya ceritakan, Rayyan ini ‘wadah penampungan cinta’ nya guedeee
banget. Sehingga ia membutuhkan perhatian yang banyak dari kami, ia tak rela
jika perhatian kami teralihkan sedikit saja. baik ayahnya, bundanya juga
embahnya. Dengan karakternya yang demikian, kami agak kesulitan untuk sejenak
saja mengobrol ‘agak serius’ jika Rayyan sedang ingin diperhatikan.
Seperti sore
ini, saya dan suami sedang ingin mengobrol, sembari menemaninya bermain. Karena
yang akan dibahas adalah hal urgent, dan kami tau bakal kayak apa jadinya jika
kami cuekin dia, maka saya dan suami sepakat mengajaknya menonton video online,
Jamal dan Laeli.
Jujur saja
untuk urusan ‘steril dari gadget’ kami belum bisa. Namun kami menerapkan
beberapa poin manajemen gadget pada keluarga kami, yang Alhamdulillah cocok dan
sedikit membantu disaat-saat darurat, namun tetap dengan porsi screentime yang
tidak berlebihan, belajar dari beberapa teman yang anaknya ‘speech delay’
sehingga kami lumayan aware meski belum bisa maksimal.
Sore itu
kami lumayan leluasa mengobrol banyak hal, mungkin suara Ayah Bundanya terlalu
bersemangat, tetiba Rayyan menaikan volume hp hingga hampir maksimal.
“Rayyan, itu
suaranya terlalu kenceng, Ayah Bunda gak bisa ngobrol, kecilin lah hp nya!!!
Sontak, si Ayah yang berkarakter ‘kagetan’ ini langsung menegur Rayyan dengan
nada tinggi.
Rayyan
bereaksi, hanya menoleh menjulurkan lidah pada Ayahnya namun tidak memenuhi
permintaan si Ayah untuk mengecilkan volume hp. Ia malah kembali menonton video
favoritnya.
Terlihat si
Ayah kesal, saya menarik lengannya lembut, menatap nya sembari menggeleng
kepala, dengan harapan ia bisa memberi saya ruang untuk bicara pada Rayyan.
Saya
menghampiri Rayyan, mengambil hp yang ia letakan pada sandaran hp (yang
dibuatkan si Ayah, agar Rayyan tetap bisa menjaga jarak pandang aman dengan
layar hp) dan segera mengecilkan volume nya. Sebelum Rayyan protes, saya
berkata “Suranya dikecilkan ya, biar kuping dedek sehat, Ayah Bunda sehat, hp
nya juga sehat”
“Iya, Nda..”
jawabnya manis.
“Kalo
dipanggil sama Ayah jawab yang baik ya, Dedek kan anak baik nya Ayah Bunda”
tambah saya lagi, sambil mengelus pipinya dengan punggung tangan. Saya hapal,
anak ini mudah diajak kompromi ketika terlebih dahulu dibelai manja.
Rayyan
mengulurkan tangannya kepada si Ayah, dan memasang muka lucu mata belo, ((sok))
sedih “Maap ya Ayah..”
“Gakpapa,
maafin Ayah juga ya, tadi Ayah kaget..” ucap si Ayah menyesal, dan merekapun
saling berpelukan.
Kami melanjutkan
obrolan kami, sembari mentransfer insight kepada si Ayah, bahwa ketika ingin
memberi instruksi kepada Rayyan harus tegas, mengingat ia adalah anak
laki-laki, namun dengan nada suara dan cara yang lembut. Kaidah ini sepertinya
cocok dengan poin “Katakan
yang diinginkan, bukan yang TIDAK diinginkan”
Demikianlah
cerita kami hari ini, semoga tiap hari, kami selalu dimampukan menyerap hikmah
dengan cara yang baik.
#hari7 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang @institut.ibu.profesional
Terimakasih sudah bersedia mampir dan menyempatkan membaca, saya
akan senang sekali jika teman-teman berkenan meninggalkan komentarnya dibawah
ini – HENNY F LESTARI –
2 Komentar
“Suranya dikecilkan ya, biar kuping dedek sehat, Ayah Bunda sehat, hp nya juga sehat”
BalasHapuskata2 yang netral ya mbak,, hehehe......
iya kak, demi terciptanya suasana yang kondusif qiqiqi..
Hapus