Alhamdulillah,
Rayyan memiliki kemampuan ‘jenius’ dalam ((menguji)) kesabaran ortunya. Semoga
dengan keistimewaan tersebut, Allah lengkapi pula kami orang tuanya dengan
kemampuan membimbing yang baik dan bijak.
Oke setelah
bersyukur, mari kita bercerita ‘se-menggemaskan apa ia hari ini’.
Sekitar jam
11 pagi tadi, setelah tuntas dengan tugas rumah juga berjibaku dengan anak,
tiba saatnya saya mandi, soalnya biar konsen bikin tugas Kelas Bunsay.
Anak yang
kenyang, karena baru saja selesai makan siang dan sedang asik menonton Upin
Ipin itu saya tinggalkan sebentar, matanya pun sudah terlihat sayu. Ah, paling
sejam lagi juga minta bobok siang, pikir saya kala itu.
Lima menit
berlalu, namun Alhamdulillah sekali bisa mandi siang ini. Ketika saya keluar
kamar mandi, anak ‘jenius’ ini berkata, semangat sekali, dengan raut wajah yang
menggemaskan seperti biasa “Bunda, tadi dedek masukin pulpen ke mesin kartu”
“Oh, ya?
Mesin kartu apa tuh?” sahut saya, setengah antusias.
Saya gak
ngeh, rupanya ia menyalakan komputer, menekan tombol open-close DVD-RW nya dan
memasukan pulpen kedalamnya. Begitu sadar apa yang terjadi, rasanya saya ingin
minum es kelapa muda lengkap bersama seporsi ayam penyet saat itu juga.
Yang ia
maksud “mesin kartu” adalah DVD-RW yang ada pada PC, ia pernah melihat Bunda
nya ini memasukan dan mengambil kaset DVD dari situ. Lalu kaset tersebut ia
sebut ‘kartu’. Dengan gaya bak profesor cilik, ia sebut perangkat keras
tersebut dengan sebutan nya sendiri, mesin kartu.
Lalu kaidah
apa yang bisa saya terapkan dalam momen ini?
Dalam kondisi
marah tersebut, saya terus saja menekankan kalimat saya pada kesalahannya,
yaitu “kenapa Dedek rusakin komputer Bunda?” tanya saya berulang-ulang,
menyatukan dua gigi geraham atas dan bawah kuat-kuat, tanda menahan marah. Saya
terlalu fokus pada masalah dan itu salah.
Komputer
tersebut adalah tempat saya melakukan banyak kegiatan digital, me-time
favoritpun saya di komputer tersebut. Terkejut rasanya melihat barang
kesayangan saya itu kini berlayar biru, bak pendekar KO kena tinju.
Pertanyaan
negatif yang saya lontarkan berulang tersebut, baru saya sadari ketika melihat
Rayyan mengalirkan air mata, namun tidak bersuara. Tidak seperti Rayyan yang
biasa nya, mudah menangis kencang. Disitulah saya merasa bak monster
menyeramkan baginya.
Padahal yang
saya ingin sampaikan adalah agar setelah ini ia tidak akan lagi menyentuh
barang-barang penting apalagi berbahaya seperti komputer dan alat-alat
berlistrik lainnya, disaat saya atau orang dewasa lainnya sedang tidak ada
disampingnya.
Saya
kelelahan dengan emosi yang tertahan, serta maksud hati yang tidak sampai ke si
anak. Dalam kondisi tersebut saya ajak Rayyan main kerumah embahnya, saya
titipkan sebentar, untuk kemudian saya pulang dan meredam emosi. Nah, akhirnya
setelah curhat menelpon suami, saya mulai bisa berfikir positif saat suami
bilang “anak kita calon profesor Bunda, dia punya ketertarikan dengan banyak
percobaan”
Ya Allah,
aku lupa melulu sih, astagfirullah.. Mohon sabar yang banyaaaaak.. Mohon
pikiran yang lapaaaang. Ampun ya Allah, maafin Bunda ya Dedek.
Gak kuat
berlama-lama menahan penyesalan, Rayyan saya ajak kembali pulang kerumah,
kebetulan sudah jamnya tidur siang.
“Maaf ya
Nda, bunda jangan sedih..” ucapnya sembari membelai pipi saya.
Ia tidak
membahas kemarahan saya tadi, yang ia tunggu-tunggu untuk ia sampaikan kepada
saya hanyalah ‘minta maaf’. Salah satu ‘mutiara’ diantara fitrah baik yang ia
miliki. Kalo udah begini, aku mbebes mili ;’( Barakallah bagimu, Nak. Ridho
bunda menyertai mu dunia dan akhirat..
FOKUS
KEDEPAN, BUKAN MASA LALU.
“Bunda tadi
sedih karena apa? Dedek tau gak?” Tanya saya, ia hanya menggeleng sambir terus
menatap mata saya. Ini momen yang tepat untuk menyampaikan maksud baik dengan
cara yang baik.
“Dedek tadi
masukin pulpen ke mesin kartu bunda, itu namanya komputer, buat bunda kerja
dirumah, biar bunda gak usah kerja keluar, biar bunda bisa nemenin dedek main
dirumah kan?” ucap saya lagi, agak retorik. Rayyan mengangguk.
“Nah karena
dimasukin pulpen sama dedek tadi, sekarang komputernya rusak deh, bunda gak
bisa kerja dirumah, gimana dong?”
‘Maap Nda,
dedek gak mau rusakin kompuntel Bunda lagi” jawabnya hampir menangis “Dedek gak
mau bunda pergi kerja” tambahnya lagi, kali ini ia menangis.
“iya sayang,
besok kalo dedek mau belajar komputer, harus sama bunda ya.. jangan
pegang-pegang mesin yang ada listriknya, bahaya. Harus ada orang besar kalo mau
tanya-tanya ya.” Tambah saya lagi, melengkapi, menuntaskan komunikasi.
Bunda pingin
menjadikan hari ini adalah tentang bagaimana kita 'belajar bersama' bukan
tentang bagaimana masalah ini terjadi.
“iya nda,
dedek sayang bunda..” jawab ia, meraih pelukan saya. Bunda sayaaaang dedek,
bunda bangga sama dedek. Semoga Rayyan jadi anak yang selalu beruntung, dekat
dengan perlindungan Allah, aamiin.
#hari4 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang @institut.ibu.profesional
Terimakasih sudah bersedia mampir dan menyempatkan membaca, saya
akan senang sekali jika teman-teman berkenan meninggalkan komentarnya dibawah
ini – HENNY F LESTARI –
0 Komentar