Ketika
saya ajak ia untuk seru-seruan nulis bareng, seorang teman ada yang
bertanya-tanya, mengapa saya bisa se-pecicilan ini dalam menulis. Niat banget
sih, padahal kan bikin mikir, aduh gue mah banyak urusan, gak sempet deh,
nulis-nulis begitu.
.
Karena
bagi saya menulis bukan sekedar penyalur hobi, tapi juga penyembuh luka, solusi
dari aneka kekurangan yang saya miliki.
.
Menganalogikan
ember yang bocor, fungsi utamanya adalah menampung air, namun apa jadinya jika
sang ember bocor dan tak bisa berfungsi sebagai mana mestinya?
.
Ya,
orang yang kreatif pasti cekat menjawab, bisa aja ember itu dimanfaatkan
menjadi barang lain yang sama-sama bisa bermanfaat dengan baik, misal menjadi
pengganti pot tanaman, tempat sampah, dan masih banyak hal lainnya.
.
Betul
sekali, jika mau berfikir dengan kepala dingin, memang benar sekali, tidak
kehidupan yang sia-sia, semua di ganjar apik, meski hanya sebesar zarah, baik
maupun buruk. .
Namun,
ketika itu saya tidak dalam keadaan berkepala dingin, saya drop, hati saya
kecil untuk mencari dimana cahaya.
.
Saat
itu, saya adalah ember yang bocor, saya tidak percaya diri untuk sekedar
menyapa dunia. Tidak berfungsi sebagaimana mestinya membuat saya, seperti ember
yang bocor, yang tak bisa menampung banyak kebaikan. Terpuruk, membuat saya
tidak bisa melihat kebaikan. Sulit bersyukur, adalah penyakit hati yang sangat
buruk.
.
Orang
lain yang sehat jiwa dan raganya, dengan kasus yang sama, bisa saja dengan
mudah menjalani hidup dengan cuek, karena ia sedang sehat phsycally, kuat
mentally.
.
Namun
tidak mudah bagi saya, jangan judge, latar belakang kita berbeda, juga setiap
orang punya caranya tersendiri untuk bangkit. Dan setelah sekian purnama, cara
saya sembuh dan bangkit menata hati adalah dengan menulis.
.
Menulis
adalah solusi dari aneka kekurangan yang saya miliki.
.
#tumben_serius_amat_ini
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2005-rapel
#30hbc20
.
0 Komentar