“Catatan kecil ini aku temukan di atas meja, aku memang tidur duluan dari dirimu, lalu ketika terbangun aku membaca nya dan menjadi begitu haru..”
Semalam
kami mengunjungi dokter, kata mamaku, seharian aku seperti orang teler.
Seharian
lemes, tiduran aja, gak berdaya upaya. Mama ngomel, kenapa katanya, khawatir
dengan apa yang terjadi sebenarnya dan membawaku berobat segera.
Dimana
suamiku? Mas suami saat itu belum pulang dari tempat ia bekerja. Aku menelpon,
agar setelah sepulang nya ia bekerja, langsung menjemputku, gak pake lama.
Jemput sesegera mungkin, entah mengapa saat itu aku sangat amat kelewat manja.
Agak
aneh, dokter memintaku menggunakan testpack, hatiku agak menolak, aku memang
tidak buru-buru ingin punya anak, masak sih aku hamil, ah rasanya, tidaak!
Qadarallah..
the two stripes itu benar-benar nyata. Rupanya aku sudah berbadan dua, antara
bahagia, takut dan kecewa. Bahagia karena, you know laa. Takut dan kecewa
karena diri belum siap paripurna.
Dalam
galau, pikiranku agak kacau, aku keluar klinik dengan hati meracau.
Bertemulah
aku dengan mas Suami yang baru saja tiba, aku menyalaminya sembari berkata,
“Selamat, kamu akan jadi Ayah”
Mas
suami sumringah, sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Alhamdulillah..” ucapnya pasrah, hanya raut muka nya saja yang terlihat banyak
ulah.
Dirumah,
sholat isya berdua, menangis sejadi-jadinya. Momen inilah yang rupanya ia
damba-damba. Ingin sekali punya anak lelaki, katanya. Entah mengapa, itu
menjadi sholat terkhidmad yang serta merta kurasa, doa yang tertata, rasa
syukur yang menggelora, menjadi bagian dari sholat isya kami yang luar biasa.
Karena
aku sedang benar-benar tidak sehat sempurna, aku izin padanya untuk tidur
duluan saja.
Aku
yang merasa belum siap ini, membaca secarik tulisan tersebut menjadi malu dan
bangga sendiri, karena dia, si pujaan hati, finaly akan menjadi ayah bagi anak
dalam rahimku ini.
Aku
yang banyak kekurangan ini, merasa tidak percaya diri, ternyata akan ada
sesosok mungil bayi, yang akan lahir dari perutku ini..
MasyaAllah,
tabarakallah.
Catatan
Lawas,
Tangerang,
30 Oktober 2014.
#BelajarRima,
ternyata susah uugaa :D
1 Komentar
Terharu saya bacanya mbak...
BalasHapus