![]() |
Menjadi Ibu Rumah Tangga Tanpa ART |
Saya merebahkan diri dilantai, sekena nya, saya sudah tak memikirkan
apa-apa lagi, saya hanya ingin menangis, meratapi diri. Apa yang salah dengan
saya, Tuhan? Betapa -tidak tau dirinya saya- bertanya demikian pada yang Maha
Kuasa.
Beberapa waktu silam, saya berada di fase dimana saya jenuh menjadi
seorang ibu rumah tangga. Kejenuhan ini memang sudah berlangsung agak lama,
sebelumnya saya selalu abaikan. Berharap lupa dengan sendirinya namun ternyata
ini malah makin memburuk, saya makin mudah emosi terhadap hal sepele macam
lantai kotor oleh anak, dan bekal makanan yang tidak dihabiskan oleh suami.
Saya sempat berpikir saya butuh BANTUAN. Saya sudah tidak
dihargai lagi dirumah ini!
Saat menangis sejadi-jadinya, terputar sebuah film dimasa lalu. Masa
dimana saya punya banyak kebebasan, kejayaan, jalan-jalan, nongkrong sama
teman, tidur nyenyak, banyak tertawa, banyak melakukan hal konyol, membuat
prestasi di sekolah, dikantor. Ya Tuhan, mengapa aku meninggalkan semua itu dan
sok-sok an memutuskan untuk segera menikah, dekan bekal ilmu yang ala kadarnya
ini. Aku tidak tau jikalau menikah itu bermakna pengorbanan seumur hidup.
Dalam keadaan emosi, apalagi sendirian, saya sungguh tidak bisa berpikir
positif sama sekali. Sampai tiba-tiba, suara anak saya memecah semua lamunan.
“Bunda, dedek minta maap. Bunda ngomong dong sama dedek, jangan sedih”
ucapnya seraya menggoyang-goyangkan pundak saya yang sedang dalam posisi
berbaring, dengan tatapan mata yang kosong.
Saya terdiam, tidak menoleh kepadanya. Ia -yang merasa tidak saya
tanggapi-, kemudian beranjak pergi. Saya tidak hiraukan, “aah anak-anak..
senang sekali rasanya menjadi anak-anak, tidak perlu repot-repot berpikir yang
berat-berat macam keruwetan yang Bunda nya rasakan saat ini” keluh saya dalam
hati.
![]() |
Candid. MasyaAllah, Tabarkallah, bisa terpikir untuk memfoto momen berharga ini. Cuma emak yang tau gimana nilai bahagia-nya. |
Namun ia kembali menghampiri saya, dengan membawa alat pel lantai, untuk
kemudian menuju tempat -dimana ia mengotori lantai tadi dengan tanah dari luar
rumah-. Masya Allah, air mata ini kembali mengucur, betapa saya mudah lupa
dengan tujuan saya menikah, tujuan saya punya anak. Betapa saya lupa, dengan
banyak nikmat yang Allah beri pada saya setiap harinya. Dalam kondisi marah,
saya jadi mudah melupakan alasan UTAMA mengapa saya selama ini rela berkorban
demi keluarga saya.
Saya bangkit, menghampiri bocah yang belum genap 4 tahun itu, yang
sedang berusaha keras memaju-mundurkan alat pel, yang entah siapa yang
mengajarinya caranya demikian, saya sangat takjub, Allah menampar saya dengan
cara ini. Saya malu.
Betapa Allah tidak membuat secuilpun kelelahan yang saya rasakan menjadi
hal yang sia-sia. DIA tinggikan derajat saya, DIA investasikan segala
perjuangan saya ke dalam diri anak ini. Ya Allah aku hanya kurang sabar, aku
hanya kurang mensyukuri dan menghargai diriku sendiri.
BANGKIT
Ya benar, saya hanya butuh menghargai diri sendiri. Saya bekerja dengan
keras dirumah, sudah selayaknya butuh kesempatan menyalurkan energi dan pikiran
dengan cara yang positif. Sehingga tidak akan lagi saya punya waktu untuk
meratapi hal yang sesungguhnya malah akan makin memperburuk keadaan. Saya harus
bangkit.
Saya ingin mandiri, mengurus rumah tangga sendiri, mengajari anak dengan
tangan sendiri, saya sok perfeksionis padahal ilmu saya sungguh minimalis.
Ditengah pengorbanan yang sedang saya jalani ini saya merasa ingin kembali
seperti dulu, menjadi pribadi yang senang berprestasi. Saya yakin pasti bisa,
tapi bagaimana caranya?
Selama ini saya merasa 24 jam sehari itu kurang buat melakukan banyak
hal, belum sempat dalam sehari itu saya menyenangKan diri sendiri, tau-tau udah
keburu pagi lagi, tau-tau udah hari senin lagi. Lelah yang terus bertumpuk.
MENJADI IBU RUMAH TANGGA ‘WARAS’ TANPA ART
Saya bukanlah termasuk golongan orang ‘berada’, terlebih
suami adalah seorang perantau, pekerja keras, dan latar belakang keluarga kami
sangat tidak familiar sekali jika menggunakan jasa ART. Jadi tidak pernah
terbersit dipikiran untuk menyewa jasa seorang asisten rumah tangga. Maka saya
harus benar-benar mendalami peran saya secata total, sebagai ibu yang merangkap
banyak peran.
Mungkin gak sih, saya menjaga rumah yang sangat menguras
banyak tenaga, sementara saya harus membersamai anak dengan pikiran yang tenang
sekaligus ingin sekali meluangkan waktu menggapai impian. Ya kalo strateginya
masih begini-begini aja sih gak mungkin.
Setelah menjalani beberapa kali brainstorming, perang batin dan
banting-banting diri, sedikit demi sedikit saya mulai ‘dibuat’ mengenali diri
sendiri, saya juga menjadi paham dimana saja kelebihan yang dimiliki dan harus
optimalkan. Bertemulah saya akhirnya dengan beberapa strategi yang cocok dengan
kepribadian saya sendiri, adalah sbb:
1. Gabung dengan komunitas yang sesuai dengan passion. Hal ini sangat membantu saya untuk dapat membuka wawasan dan mudah
berpikir positif. Betapa Allah memudahkan hijrah seorang hambanya, ketika saya
berniat bangkit tapi tak tau harus mulai darimana, Yang Maha Kuasa mengirim
saya ke sebuah komunitas Ibu Profesional, yang Alhamdulillah melalui komunitas
tersebut saya ‘di pahamkan’ bahwa seorang ibu itu sejatinya, seorang ‘ratu’
dalam rumah tangga, wanita yang berperan penuh sebagai pengurus rumah tangga
sekaligus menjadi wanita produktif yang bermanfaat. Di tahap ini saya mulai
meluruskan niat, semoga lelah jadi ‘lillah’.
2. Kandang Waktu. Yaitu,
mengelompokan jenis pekerjaan serupa dalam satu waktu, sehingga kita akan tau
kapan kita akan sibuk dan kapan kita akan senggang. Dengan mengetahui kapan
tersedianya jam senggang, kita akan semangat menyelesaikan tugas Rumah tangga
sesegera mungkin dengan penuh semangat tanpa malas-malasan, karena ada yang
dikejar yaitu me-time yang berkualitas. Bukan me-time kayak dikejar-kejar
kucing.
3. Membuat checklist atau jadwal. Hal ini dapat menyelesaikan tugas rumah tangga dengan teratur. Tidak
khawatir akan ada yang terlewat, tidak akan ada anak atau suami yang terlantar
jika kita disiplin menaati checklist yang sudah dibuat. Setelah semua tanggung
jawab tercentang, lagi-lagi akan hadiah me-time berkualitas yang menanti.
5. Sediakan waktu berdua saja dengan suami. Ini penting demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Luangkan waku
mengobrol bersama, jalan-jalan berdua saja, membuat aktifitas lucu yang
mengingatkan pada saat jaman masih ‘berdua’ dulu. Strategi ini selain menjaga
hubungan kita dengan suami juga dapan menstimulasi hormon-hormon bahagia
seluruh anggota keluarga.
6 Displin waktu dan terus meng-upgrade diri. Jangan berhenti, terus upgrade diri, teruslah aktif mengikuti
kegiatan positif. Jika displin menaati checklist yang sudah kita buat makan
kita akan bisa punya begitu banyak waktu luang untuk menggenggam dunia, meski
kita hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Menulis blog adalah salah satu self healing yang sedang saya jalani
ditengah-tengah kehebohan saya sebagai ibu dengan 1000 peran. Perlahan tapi
pasti, saya ingin sekali bisa menjadi Madrasatul Ula bagi anak-anak saya,
penenang dan penyejuk hati bagi suami sekaligus menjadi manusia produktif nan
bermanfaat, seperti ibu-ibu hebat diluar sana.
Karena bahagianya sebuah keluarga dimulai dari bahagianya seorang ibu,
-ratu rumah tangga-.
Salam bahagia untuk seluruh ibu bahagia.
Henny F Lestari.
**) Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan
oleh Mothers On Mission
@Clarishome
#HariBloggerNasional
#MomsAppreciatesBlogger
#MomsxClaris
#MothersOnMission
14 Komentar
Meskipun saya belum jadi seorang istri apalagi ibu saya bisa merasakan tulisan mbak henny karena juga melihat perjuangan yang sama oleh ibu saya. Semoga mbak henny dikuatkan Allah untuk jadi ibu yang hebat seperti yang mbak henny inginkan. Aamiin
BalasHapusDidoakan seperti ini oleh Mba Yusti, membuat saya merasa memiliki keluarga, meski jauh dilain dimensi. #pelukjauh
BalasHapusTulisan inilah yang paling menguras air mata, sehingga dikomen oleh dirimu membuatku baper lagi ;')
Terimakasih Mba Yusti, semoga berkah Allah selalu menyertai Mba dan keluarga..
Itulah perjuangan seorang IRT yang terkadang harus ektra sabar...Meski pada umumnya di zaman sekarang banyak yang meremehkan seorang IRT..
BalasHapusKarena mengurus rumah tangga lebih susah ketimbang mengurus pekerjaan dikantor..😄😄
Betul kak, bener-bener perjuangan :)
HapusIya, Mbak. Pekerjaan rumah tangga tuh gak ada habisnya. Terlebih bila anak-anak masih kecil. Kita harus pandai-pandai mengambil jeda demi "kewarasan" kita. Tetap semangat ya, Mbak, kalau jenuh rehatlah segera.... Segera me time... Biarkan rumah berantakan untuk sementara waktu bila sedang lelah dan jenuh untuk membereskannya. Tetap semangat dan jangan lupa selalu menyayangi diri sendiri juga yaa
BalasHapusSiap Mba Agustina,
HapusTerimakasih sudah menyemangati, *peluk jauh
tulisan yang menyentuh hati,
BalasHapusgak tau saya mau koment apa mbak,
pokoknya teteap semangat Mbak.......
Terimakasih sudah membaca tulisan saya,
HapusTerimakasih sudah menyemangati:)
Percayalah bu', setiap keikhlasan akan berbuah Manis. So....tersenyumlah, katakan pada diri sendiri " Aku bisa dan Bahagia ' lalu ucapkan juga kata "yes..yess..Yes ! " 3 kali, tapi jgn keras2 ntar tetangga jadi curiga dan mengira kita dapat Uang banyak , hahahah...
BalasHapusBetul Pak, terimakasih sudah menyemangati..
HapusAku bisa dan Bahagia!
Yeay!
Halo... Halo... Keren sekali, aku belum mengalami, nikah aja belum.
BalasHapusSemangat, jika dijalani dengan ikhlas, pasti semuanya menyenangkan Kak.
Hai, hai, Mba Einid..
HapusIya Mbak, betul, ilmu ikhlas lah yang mampu menjadi solusi dari seluruh peristiwa dalam hidup.. Terimakasih sudah menyemangati..
Kok aku terharu yaa baca yg bagian si adek ngepel :(. Lgs jd inget anak sendiri mba. Betapa aku msh ga sabaran juga Ama mereka.. merasa stress sendiri.. salut Ama semua ibu rumah tangga yg kuat dan bisa mengerjakan pekerjaannya tanpa ART. Jujur aku ga bisa soalnya. Kadang Malu juga, udah disediakan art dan babysitter utk anak2ku, masih aja ngerasa puyeng.. aku juga masih harus belajar sabar menghadapi anak2.
BalasHapusQiqiqi.. Terimakasih sudah menyempatkan membaca cerita si adek ngepel, Mbak Fanny.. Peristiwa itu memang hadiah dari Yang Maha Kuasa buat saya, sebuah titik balik bagi saya saat itu..
HapusKita mungkin memang harus puyeng kali ya Mbak, mungkin itu sebuah cara Tuhan agar kita senantiasa bersyukur, punya anak yang aktif nya kebangetan qiqiqi.. Semangat buat kita Mbak, semoga semua ibu berbahagia..